Bumi benar-benar sampun sepuh, bahkan anak kecil pun tahu. Dan eksploitasi besar-besaran telah dilakukan oleh makhluk Tuhan yang katanya paling sempurna, yang bernama manusia. Tampaknya manusia harus semakin waspada dan yakin dengan adanya siklus waktu atau Cakra Manggilingan agar manusia selalu ingat apakah sebenarnya fungsi manusia itu. Berbagai peristiwa yang kurang masuk diakal manusia pun telah banyak bermunculan, seperti Badai Busa di Uruguay atau Paraguay, saya agak lupa, hehe, maklum..
Berbagai aksi peduli lingkungan pun telah diadakan di seluruh negara di dunia, dan ketika panitia peduli lingkungan sibuk berorasi di depan ribuan massa, separo lebih hutan di dunia telah hilang dan beribu-ribu spesies hewan dan tumbuhan terancam punah, bukan kepunahan biasa, akan tetapi kepunahan tingkat tinggi, yaitu kepunahan masal...
Oleh karena itu, mungkin sebagian dari kita yang dikaruniai oleh Tuhan berupa anak dan cucu, nampaknya mulai sekarang harus mengambil foto dan gambar-gambar dari masing-masing spesies makhluk hidup di dunia agar mereka nanti mengetahui bahwa dahulu pernah terdapat makhluk bernama Monyet dan tumbuhan bernama Bunga Bangkai di bumi ini, hehe
Situasi yang amat berbeda ketika saya menghabiskan masa anak-anak di balik pohon-pohon besar yang dengan lebatnya daun dari pohon tersebut, membuat sinar matahari pun merasa kesulitan menembus lantai bumi. Bila dilihat sekilas, maka akan terlihat seperti Wonderland, karena depan rumahku adalah sebuah deretan pegunungan hijau yang terdapat sebuah air terjun tersembunyi di balik pohon-pohon dan semak-semak yang penuh dengan nyamuk. Di belakang rumahku mengalir sebuah sungai yang menjadi perbatasan antara Bantul dan Kulon Progo. Saya masih ingat ketika setiap sore, saya dan anak-anak lain bermain di atas jembatan bambu yang membentang di atas Kali Progo tersebut. Kenangan tersebut muncul ketika setiap saya memandang ke arah barat, yang dahulu adalah Kali yang membentang luas, kini telah berubah menjadi gundukan-gundukan dan lubang-lubang besar bekas galian pasir yang ditinggalkan oleh para penambang...
Kini marilah kita meninggalkan kebiasaan buruk dengan merusak dan mengeksploitasi alam yang sejatinya adalah sahabat kita, kita tak membutuhkan aksi-aksi dan orasi-orasi yang mengajak menanam pohon atau segala tetek bengek, yang kita perlukan adalah pengertian dan tindakan yang nyata. Pengertian kepada alam bahwa kita sebenarnya bisa membantu alam ini untuk meringankan beban yang semakin dipadati oleh manusia yang tak berguna, pengertian kepada sesama makhluk hidup yang sebenarnya adalah sebuah rantai, yang apabila salah satu menghilang, yang lainnya tentu saja akan menghilang juga...
Akhirnya jika bukan kita, siapa lagi yang meringankan beban Atlas, dewa dalam mitologi Yunani yang memanggul bumi di pundaknya, ataupun Sang Hyang Antaboga, dewa dalam pewayangan yang berwujud seekor naga yang menyangga bumi di ujung ekornya, dan itulah sekilas ilmu yang kudapat ketika semasa anak-anak dahulu saya diajak menonton pertunjukan wayang kulit oleh Bapakku di lapangan dekat rumah....

0 komentar:

Posting Komentar